ANAK YANG DULUNYA DI BILANG GAGAL TUMBUH, BEGINILAH KEADAANNYA SEKARANG

by - July 10, 2017


Memiliki buah hati adalah dambaan semua orang, begitupun juga dengan saya. Sebulan setelah menikah, Alhamdulilah Allah menitipkan amanah  kedalam rahim saya. Seperti kebanyakan wanita hamil pada umumnya, yang mengalami masa-masa mual, muntah, pusing,  itu adalah suatu kewajaran. Hingga pada tanggal  24 September 2008, bertepatan tanggal 24 Ramadhan, buah hati kami yang pertama, seorang putri cantik lahir kedunia dengan persalinan Sectio Caesarea, di bantu oleh dokter Basit SpOG di Rumah Sakit Angkatan Laut Tanjungpinang. Ibu mana sih yang tidak ingin melahirkan secara spontan/normal, namun karena pada setelah bukaan lima, bukaan lahir tidak bertambah, akhirnya dokter memutuskan untuk mengambil tindakan operasi. Dengan berat hati saya menandatangani surat persetujuan operasi, hal itu menandakan pengalaman saya operasi untuk ketiga kalinya.

Satu minggu dirumah sakit saya di bolehkan pulang. Ada perasaan haru karena bertambahnya anggota keluarga kami.  Nasehat-nasehat seputar merawat anak dari sanak family mengalir. Maklum sebagai bu muda yang belum berpengalaman sama sekali dalam merawat dan mengasuh anak. Juga karena Ibunda saya telah berpulang, jadi perawatan sikecil sepenuhnya dalam tanggung jawab saya. Nano –nano rasanya itu pasti. Sebab, setelah melahirkan anak, semua wanita yang menjadi ibu akan mengalami perubahan dalam kehidupannya, seperti : bangun tengah malam, menenangkan sikecil jika menangis, menyusui, bahkan tidak boleh meninggalkan sikecil seorang diri. Namun, yang patut saya syukuri, Alhamdulillah saya tidak mengalami sindrom baby blues seperti yang di alami kebanyakan ibu muda setelah melahirkan.
Try and error, begitu istilah saya, tanpa pengalaman dan tanpa edukasi seputar pengasuhan bayi newborn saya merawat sikecil.  Dulu koneksi internet tidak semudah sekarang, bahkan facebook pun setahu saya juga belum ada, hingga saya menelan bulat-bulat  segala yang di nasehati oleh family. Alm kakak Ibu, menyarankan untuk memberikan sufor, saya ikuti saran beliau. Membeli sufor dan memaksa menyedotkan ke mulut sikecil yang jelas-jelas tidak mau. Begoknya saya, saat itu juga mematuhi saran ART yang kerja di rumah ayah, sekolah dasarnya saja tidak tamat, untuk memberikan pisang di usia dua bulan. Jika mengingat itu, rasanya ingin mengutuk dan menertawakan diri sendiri. Setelah kini, dengan mudahnya koneksi internet, saya jadi banyak menimba ilmu pada grup-grup seputar Asi, hingga teredukasi,
 ”untuk anak jangan coba-coba, jika sakit langsung saja ke dokter anak” begitu katanya keponakan saya yang seorang Bidan.  Karena anak pertama, ketika demam, saya langsung membawa kedokter Santoso, seorang dokter spesialis anak. Tak tangung biaya yang di keluarkan  hanya untuk mengobati demam. Jadi lah beberapa kali saya kedokter anak. Ketika sikecil berusia tujuh bulan, sesuai perkembangannya, setelah bisa telungkup dan mulai merayap, juga sudah mulai memasukkan segala benda yang di dapat kedalam mulut. Beberapa kali saya bolak balik kedokter karena si kecil diare, dan sejak itu berat badannya sulit naik.
Pada usia delapan bulan, sikecil terserang batuk yang tak kunjung sembuh. Ada tiga dokter anak yang saya datangi untuk mengobati si kecil, dokter Sanotoso, dokter B dan dokter C. Dalam ponanganan dokter C, Alhamdulillah batuknya berkurang, hingga pada kunjungan ketiga,  niat hati ingin konsul lantaran berat badan yang sulit naik juga kurang dari hitungan KMS, dokter C mengatakan anak saya GAGAL TUMBUH. Seketika itu, lemas seluruh persendian saya. Ibu mana sih yang tak risau jika anaknya di bilang gagal tumbuh oleh dokter spesialis anak. Sejak saat itu, saya tidak mau lagi, memeriksanakan anak saya kedokter tersebut. Jika sakit, saya ikhtiar semampu saya.
Menjelang sikecil usia sembilan bulan, saya positif hamil anak kedua. Allah sangat mengetahui kondisi hambanya. Saat hamil muda dalam kondisi sering mual dan pusing, plus mengurus anak pertama yang baru belajar berjalan. Alhamdulilah, si kecil tidak ada sakit sekalipun. Seiring berjalannya waktu, dan kemudahan akses internet, saya mulai me edukasi diri dengan bergabung dalam grup facebook dan whatapps seputar ASI, pengasuhan dan tumbuh kembang anak. Setelah lahiran anak ketiga, saya merasa banyak mendapatkan ilmu dan mempraktekkannya dengan anak ketiga, mulai dari hamil dengan tidak mengkonsumsi obat kimia, tidak mengimunisasi, pemberian Asi hingga dua tahun, juga mengupayakan makanan pendamping ASI handmade dan melarang keras memberi anak ketiga MPASI dan biskuit bayi buatan pabrik sebelum usia satu tahun, tidak memberikan baby powder maupun minya telon.
Si Kecil Adam Anak nomor tiga 
Kini, si Kakak, anak yang di bilang GAGAL TUMBUH oleh S.PA telah tumbuh menjadi gadis ceria, udah  naik kelas dua tahun ini. Di semester pertama waktu kelas satu mendapat rangking satu di kelasnya. Anak yang nomor tiga, hingga saat ini belum pernah saya bawa kedokter, jika anak-anak demam, saya cukup baluri minyak makan dengan bawang merah, jika beli obat pun sebata obat demam “inzana”. Pernah beberapa kali anak-anak saya izinkan untuk mandi hujan, main tanah , panas – panasan, bukankah itu salah satu bentuk imunisasi yang alami???


You May Also Like

3 komentar

  1. masa pertumbuhan adalah masa pembelajaran yang sangat luar biasa menjadi karakter dalam pribadi seorang anak

    tidak ada seorang pun yang bisa dibilang bodoh, karena semua orang pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing

    seperti saya dulu waktu kecil, tidak punya skill apa-apa

    jadi curhat deh

    ReplyDelete
  2. assallamualaikum kak Asda.
    Sepertinya dokter C itu memang tipe dokter yang saklek, jd begitu grafik KMS di bawah garis merah, langsunglah di diagnosa gagal tumbuh pdhl setahu saya masih ada beberapa indikator lain *CMIIW

    Tp gapapa yg penting si sulung tumbuh sehat dan cerdas. Saya juga bikin postingan semi curhat tentang anak saya terinspirasi dari postingan kk yg ini lho hehehe

    ReplyDelete
  3. Hihi... karena saya anak pertama, ibu saya dulu juga gitu. Sering bawa saya ke dokter anak sampe diketawain sama dokter anaknya. "Ngapain ke sini Bu? Orang cuma panas dikit ini..." Hehe :D

    Hiks... kebayang sedih banget pasti waktu dibilang gagal tumbuh... gitu banget sih dokternya >.<

    ReplyDelete

Terima Kasih Atas Kunjungannya