TIPS MENGAJARKAN ANAK TAHAN TERHADAP BULLYING

by - July 21, 2017


Beberapa hari lalu, media di hebohkan dengan video bullying yang di lakukan oleh remaja SMP. Sejak video tersebut diposting oleh akun Lambe Turah 6 hari lalu, Video tersebut di tonton oleh delapanpuluh ribu orang lebih, langsung saja menjadi viral. Kabar baiknya, Dinas Pendidikan DKI Jakarta segera  mengambil tindakan dengan mengeluarkan 2 orang pelaku bully dari sekolah dan menarik KJP pelaku. Seketika itu juga, time line di facebook saya, ramai membicarakan seputar bullying, bahkan ada beberapa yang menceritakan pengalaman mereka prihal bullyng dimasa lalui.


Bagi saya sendiri, generasi tahun 80 – 90, sama sekali tak pernah terdengar istilah bully semasa disekolah, saya bahagia menjalani masa-masa sekolah, baik itu masa sekolah dasar, SMP, SMU  bahkan hingga dibangku perkuliahan. Saya merasa dikelilingi orang-orang baik, yang peduli, setia kawan dan tidak ada yang menjahati saya. Walau pada cerita saya terdahulu tentang "OSPEK dan tradisi tatar mentatar di asrama”. Akan tetapi, tatar mentatar tersebut terjadi sesuai jadwalnya, tidak ada kekerasan fisik, maupun olok-olekan,. Diluar jadwal ospek dan tatar mentatar, komunikasi kami dengan senior berjalan sebagaimana biasa, bahkan tetap masih ada canda dan tawa.

Namun, seiring berjalannya waktu, tepatnya ketika mulai tinggal di asrama, saya mulai menyadari ada suatu hal dalam diri saya, yang membuat saya tidak bisa maju seperti teman-teman yang lain. Karena di asrama, tersedia peluang besar untuk orang-orang yang percaya diri. Program Asrama mengharuskan beberapa kegiatan seperti mengisi kultum, muhadarah, mengajar adik kelas, juga ada nya kesempatan besar untuk mengikuti Mubabaqah Tilawatil Qur’an. Sayangnya kesempatan itu tidak pernah saya ambil, sebab saya merasa tidak punya kemampuan. Saya tidak memiliki rasa percaya diri, minderan, rendah diri dan pemalu. Padahal masa itu, tak ada yang kurang dalam diri saya : mempunyai keluarga yang utuh, Kakak dan Abang yang menyayangi, kiriman belanja yang tidak pernah telat, Abang yang rutin mengunjungi sekali dalam dua sepekan. Selalu juara kelas semasa SD dan SMP. Dari segi wajahpun kawan-kawan bilang di atas rata-rata (haha .. baru sekarang nyadarnya). Tapi semua itu tetap saja tak mengubah rasa ketidakpercayaan dalam diri saya.
             
Sekaranglah Saya mulai merenung tentang apa yang terjadi dalam hidup saya. Apakah ini ada kaitannya dengan pengalaman saya beberapa tahun lalu? Saya ingin menemukan benang merah dan mencari penyebab semua ini.

Duapuluh delapan tahun lalu. Pada masa saya masih taman kanak-kanak, kami kedatangan Kakak Ibu yang tinggal di Karimun. Makwo begitu panggilan Kakak dari Ibu dalam bahasa Minang. Beliau datang tidak sendiri, serta merta mengajak dua orang anak yang seusia dengan saya, laki-laki dan perempuan. Suami beliau baru meninggal beberapa bulan yang lalu. Oleh Ibu, anak makwo yang laki-laki usianya setahun di atas saya diajak ibu untuk tinggal bersama kami. Maka, jadilah kami berempat beradik : Abang, Uni, sepupu dan Saya.

Karena usia yang tidak terpaut jauh, sepupu ini yang menjadi teman sepermainan dimasa kecil. Awal nya tidak apa-apa, tapi  semakin hari kami selalu bertengkar. Hari-hari diisi dengan adu mulut.  Ada-ada saja yang selalu di katakannya, seringnya dia mengejek  dengan mengatakan “kerempeng toge, kurus, kayak tiang listrik”. Pertengkaran itu berlanjut hingga saya tinggal di asrama.  Sekarang baru saya pahami, apakah itu termasuk bully, walau pun tidak secara fisik, namun yang terjadi adalah bully secera verbal. Bahkan, saat saya hendak berangkat untuk melanjutkan ke Madrasah Aliyah Padang Panjang, sang Sepupu ini masih tetap mengeluarkan komentar ejekan yang membuat kuping menjadi panas.

Bertahun saya mengalami hal itu, bahkan ejekan itu menjadi makanan sehari-hari. Rupanya sangat berdampak dikemudian hari dengan hilangnya rasa tidak percaya diri berakhir, membuat saya merasa tidak memiliki kemampuan. Malahan dikala beberapa teman-teman berani memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke UIN Jakarta, LIPIA bahkan ada yang berangkat ke Mesir. Saya hanya bisa puas dengan mengisi form PMDK Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang.  

Huff, ternyata memang sungguh dahsyat efek dari bully tersebut.  Tanpa disadari, telah menggrogoti diri dan merusak jiwa si Korban. Baiklah tersebab saya terus membebel dari tadi perihal bullying. Ada baiknya kejadian dimasa lalu, di ambil ibrahnya agar tidak terulang pada generasi selanjutnya.  

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua dalam menyikapi bulliyng ini, sebab mau tidak mau, anak-anak akan bertemu dengan banyak orang dengan beragam watak dan karakter :
Pertama, pupuk rasa percaya diri anak, dengan selalu memberi respon positif terhadap apa  yang telah di lakukan sianak.
Kedua, Jalin komunikasi yang hangat dengan anak, agar anak mau terbuka untuk menceritakan setiap detail kegiatan yang di lakukannya
Ketiga, Jadilah pendengar  yang baik. Gunakan waktu – waktu yang tepat seperti menjelang tidur atau setelah makan untuk mengobrol dengan anak.
Keempat, Kenali lebih dekat teman-teman anak kita.
Kelima, ajari ilmu beladiri sedari kecil. Dengan mengikuti latihan beladiri, dapat melatih mental., fisik dan sikap sportif..




You May Also Like

5 komentar

  1. Miris memang soal bullying ini. Kita, orang tua musti mengajarkan benar-benar kepada anak kita agar tidak membully orang lain dan siap siaga terhadap bullying. Mamaci kak tips nya.

    Just koreksi sedikit: Untuk angka 1-10 biasanya pakai huruf, dan selebihnya pakai angka, juga tentang penggunaan di (kata tempat yang dipisah) dan di (imbuhan yang digabung. (Contoh: di tonton oleh delapanpuluh ribu orang lebih. Koreksinya : ditonton oleh 80 ribu orang). Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. siip baik kakak, trimkasih oh iya berarti yang di tulis pake huruf itu sampai 10 saja yaa.. lebihna dengan angka. kata tempat yang dipisah itu kadang saya sering lupa

      Delete
  2. <3 kadang tanpa disadari memang bully itu nyata, dan kepedulian sangat dibutuhkan <3

    ReplyDelete
  3. Hemh, penting nih mbak Ayu untuk persiapan kalau Ziqri, anak saya sudah masuk usia sekolah. Tapi yang saya khawatrin kalau2 malah anak saya yang jadi pembully huhuhuhu soalnya kelihatan sama adik-adik sepupunya suka main paksa gitu. yah semoga saya dan suami masih bisa membimbing agar lebih baik lagi

    ReplyDelete
  4. Mba Rahayu,terima kasih sharing inspiratifnya. Saya sedang banyak belajar soal ini juga untuk membekali anak saya. perlu kerja keras juga supaya bully membully ini tidak beranak pinak.

    ReplyDelete

Terima Kasih Atas Kunjungannya